Perabotan Lenong

Aku Bangga Jadi Anak Betawi

Jumat, 09 Maret 2012

Tanjidor

Musik tanjidor diduga berasal dari bangsa Portugis yang datang ke Betawi pada abad ke-14 sampai ke-16. Ahli musik dari Belanda bernama Ernst Heinz berpendapat tanjidor asalnya dari para budak yang ditugaskan main musik untuk tuannya. Sejarawan Belanda Dr. F. De Haan juga berpendapat orkes tanjidor berasal dari orkes budak pada masa kolonial. Alat musik yang mereka mainkan antara lain: klarinet, piston, trombon, tenor, bas trompet, bas drum, tambur, simbal, dan lain-lain. Mereka menghibur tuan mereka saat pesta dan jamuan makan. Ketika perbudakan dihapuskan pada 1860, pemain musik musik, mereka membentuk perkumpulan musik. Lahirlah perkumpulan musik yang dinamakan tanjidor.
Lagu-lagu yang dibawakan tanjidor antara lain Batalion, Kramton, Bananas, Delsi, Was Tak-tak, Welmes, dan Cakranegara. Judul lagu itu berbau Belanda meski dengan ucapan Betawi. Lagu-lagu tanjidor juga diperkaya dengan lagu-lagu gambang kromong. Karena itu instrumennya bisa ditambah dengan tehyan, rebana, beduk, gendang, kecrek, kempul, dan gong.
Pada era 1950-an orkes tanjidor masih ngamen. Khususnya pada tahun baru Masehi dan Imlek. Dengan telanjang kaki atau bersandal jepit mereka ngamen dari rumah ke rumah di kawasan elite, seperti Menteng, Salemba, dan Kebayoran Baru, daerah-daerah yang banyak dihuni orang Belanda. Pada tahun baru Cina biasanya tanjidor ngamen lebih lama. Karena tahun baru Cina dirayakan sampai perayaan Cap Go Meh, yaitu pesta hari ke-15 Imlek.

Tanjidor berkembang di daerah pinggiran Jakarta, Depok, Cibinong, Citeureup, Cileungsi, Jonggol, Parung, Bogor, Bekasi dan Tangerang. Di daerah-daerah itu dahulu banyak terdapat perkebunan dan villa milik orang Belanda, di mana budak-budak mereka memainkan musik tanjidor untuk sang tuan. Adapun grup tanjidor yang kini menonjol adalah Putra Mayangsari pimpinan Marta Nyaat di Cijantung Jakarta Timur dan Pusaka pimpinan Said di Jagakarsa Jakarta Selatan.

Dari : Jabir Sofyan Khamal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar