Perabotan Lenong

Aku Bangga Jadi Anak Betawi

Jumat, 09 Maret 2012

Dodol Betawi

Makna Kebersamaan dalam Pembuatan Dodol Betawi


Pada zamannya, dodol Betawi tak pernah lepas dari setiap acara bagi warga asli Jakarta. Mulai hajatan hingga upacara keagamaan pasti tak luput dari panganan yang terasa kenyal dan manis ini. Itu dulu, sekarang dodol seperti barang langka dan hanya dapat ditemui saat Lebaran. Toh… di tengah gerusan makanan modern ada satu warga yang coba mempertahankan makanan asli Betawi ini demi mempertahankan warisan kekayaan kuliner asli Jakarta.
Dilihat dari pembuatan dodol, ternyata tersirat makna sosial. Karena begitu sulit dalam membuat dodol, maka semangat gotong royong, keriangan dan semangat persaudaraan diperlukan dalam pembuatannya. Maka tak heran masyarakat Betawi begitu menganggap pembuatan dodol Betawi merupakan kerja tim dan bertujuan mempererat tali persaudaraan.
Dulu dalam praktiknya, pembuatan dodol Betawi dilakukan secara patungan ketika mendekati hari raya Idul Fitri atau Lebaran. Keluarga besar Betawi yang dulunya hidup berdekatan, saling melengkapi bahan dasar pembuatan dodol. Begitu bahan tersedia, para pria bertugas membuat dodol Betawi dan mengaduk adonan. Sedangkan para wanitanya menyiapkan semua bahan yang dibutuhkan. Sambil menunggu dodol matang, ibu-ibu menyiapkan makan berbuka puasa, setelah matang, langsung dibagi secara adil berdasarkan seberapa besar keluarga memberikan `uang` dodol. Ini adalah sekelumit cara pembuatan dodol zaman dulu.
Kini untuk tahu cara pembuatan dodol, bisa menengok ke rumah Hj Masitoh atau yang biasa dipanggil Mak Mamas. Warga asli Batuampar, Condet, Jakarta Timur ini masih coba mempertahankan kekayaan kuliner asli Betawi tersebut. Waktu masih menunjukkan pukul 06.00, tapi Mak Mamas sudah disibukkan dengan rutinitasnya sebagai perajin dodol. Mak Mamas adalah satu dari belasan perajin dodol yang tersebar di beberapa wilayah mencoba bertahan. Dari pewaris resep keluarga ini, beritajakarta.com, berkesempatan melihat secara langsung bagaimana cara pembuatan dodol Betawi. Tak hanya itu, bahkan Mak Mamas mau menjelaskan secara gamblang mengenai bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam membuat dodol Betawi hingga cara pemasarannya.
Dari pengakuannya, proses pembuatan dodol Betawi bukanlah hal yang mudah. Untuk membuatnya perlu tenaga ekstra dalam mengaduk adonan dodol. Maklum saja satu panci kuali besar dengan diameter satu meter, adonan dodol harus diaduk selama tujuh jam tanpa berhenti. “Kalau berhenti adonan akan keras dan rasanya tidak merata,” kata Mak Mamas kepada beritajakarta.com, Selasa (16/6).
Untuk membuat dodol Betawi sebanyak satu kuali, Mak Mamas memerlukan beberapa bahan dasar berupa gula merah sebanyak tiga peti, gula pasir empat plastik, santan kelapa tiga ember, dan 10 liter ketan hitam. Beberapa adonan dasar tersebut kemudian dicampur menjadi satu ke dalam kuali besar yang nantinya dapat menghasilkan 20 besek dodol Betawi.
Setelah tujuh jam proses pengadukan adonan, kemudian dodol Betawi yang masih dalam kuali dipindahkan ke dalam tempat yang bersih lalu dikemas dalam plastik berukuran kurang lebih 10 sentimeter atau besek. Mak Mamas mengaku untuk satu plastik dodol Betawi harganya Rp 12.500 sedangkan kemasan besek dijualnya seharga Rp 35.000.
Dodol Betawi rasanya begitu legit dan lezat. Sama seperti dodol yang lain, dodol Betawi terasa lembek dan lengket saat di makan. Agar rasanya tidak monoton, kini ada beberapa ras yang dicampurkan seperti, dodol durian, dodol nangka cipedak, dodol lapis, dodol ketan, dan dodol Kole. Dodol kole merupakan dodol muda atau dodol setengah matang dengan rasa manis bercanpur gurih.
Jelang Lebaran, dodol Betawi banyak diproduksi. Bahkan pembuatannya dapat puluhan kali lipat dibanding hari biasa. Maklum saja, makanan ini menjadi makanan kas Lebaran pada masyarakat Betawi. ” Kalau hari biasa kita buat dua kuali, tapi kalau Lebaran bisa sampai 400 kuali yang dikerjakan 30 orang. Biasanya kita mulai buat memasuki 10 hari puasa hingga jelang Lebaran,” kata Mak Mamas.
Usaha Warisan Keluarga
Tak terpikir sebelumnya oleh Hj Masito atau Mak Mamas untuk menjalankan usaha dodol Betawi. Lantaran keluarga mertua (orangtua suami) menjalankan usaha dodol Betawi, mau tak mau Mak Mamas terpaksa menggelutinya. Dukungan orangtua untuk melestarikan masakan asli Betawi ini pun ditekuninya dari waktu ke waktu.
Hingga pada tahun 1980, Mak Mamas berusaha membuka usaha sendiri bersama sang suami. Hal itu dilatarbelakangi dari usaha mertua yang banyak digandrungi masyarakat.Tapi usaha dijalaninya tak semulus harapan. Awalnya Mak Mamas gagal dalam membuat adonan. “Dulu dicoba sampai 15 kuali selalu gagal. Mungkin rasanya kurang enak karena bahannya juga kurang pas,” kenang Mak Mamas.
Meski demikian Mak Mamas tak patah arang. Berkali-kali dirinya mencoba membuat dodol dengan rasa yang enak dan legit. Kebulatan tekad menjalani usaha keluarga begitu kencang hingga akhirnya berhasil membuat dodol dengan rasa yang pas seperti milik sang mertua. Usahanya pun mulai dikenal mulai tahun 1985. Pesanan dari luar daerah pun terus berdatangan.
Saat ini dodol buatan Mak Mamas menjadi dodol asli di kawasan Condet, Jakarta Timur. Dodol miliknya pun menjadi satu-satunya dodol Betawi yang masih bertahan di Condet. “Dulu ada beberapa pembuat dodol lain, tapi lama kelamaan mereka tutup lantaran tak adanya pekerja yang mau mewariskan masakan dodol Betawi ini,” kata Mak Mamas.
Mak Mamas mengaku usaha yang turunan ini akan diwariskan kepada enam anaknya. Hingga saat ini seluruh anaknya sudah dapat membuat dodol Betawi dengan kombinasi bahan yang pas dan menghasilkan rasa yang begitu enak. “Dulu dari kecil sudah diajarin cara membuatnya. Sekarang udah pada gede udah pada paham gimana buatnya,” kata Mak Mamas.
Dari usaha yang dijalaninya selama 29 tahun ini, Mak Mamas telah dapat merasakan hasilnya. Tak hanya dapat mencukupi kebutuhan keluarga, tapi dari hasil ini Mak Mamas dapat menjalankan ibadah Haji dan membeli kendaraan pribadi. Mak Mamas mengaku, selain melayani pesanan, dirinya juga mempekerjakan orang untuk menyalurkan produksi dodol Betawi ke warung-warung.
Dari tangan lembut seorang Mak Mamas inilah diharapkan keberadaan dodol Betawi dapat dilestarikan. Bahkan mulai dari usaha yang dilakukannya, diharapkan pula dodol Betawi dapat kembali menjadi tuan rumah di tanah Betawi.

Dari : Adie Atmanegara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar