Perabotan Lenong

Aku Bangga Jadi Anak Betawi

Jumat, 30 Desember 2011

Semoga dapat direnungkan dan menjadi sebuah pembelajaran untuk kita sebagai hamba-hamba Allah yang kecil dan kotor.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat : 10)

Bagai sebuah pelangi yang tak akan indah bila tidak bersatu padu, bagai sebuah bintang yang tak akan indah bila hanya menampakkan dirinya sendiri. Pelangi, meskipun berbeda warna tetapi tetap saja elok dan menawan apabila disatukan. Bintang, meskipun dibatasi jarak-jarak yang tidak dekat tetapi tetap saja indah dan menakjubkan, akan selalu terang dan menerangi kabut dan gelapnya malam.

Bahwa setiap nafas kehidupan yang kita hela adalah sebuah anugerah yang tiada tandingannya, begitu pula dengan sebuah ukhuwah islamiyah, sebuah barisan kokoh yang tak akan rapuh seperti sebuah tembok baja yang lebih kuat dari tembok RRC sekalipun, Kenapa bisa? karna kekuatan ini adalah kekuatan Allah, tasbih semesta alam dipersembahkan hanya untuk-Nya.

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Anfal : 63)

***
Mungkin seperti itulah gambaran sebuah ukhuwah yang telah terjalin dan terikat, akan saling menguatkan bukan melemahkan, akan saling membangun bukan menjatuhkan, akan saling menyayangi bukan menyakiti.

Hal ini mengingatkan kita pada sebuah perjuangan pergerakan yang didasari oleh ukhuwah islamiyah yang kuat, Al-Ikhwanul Muslimin yang memang secara kuantitas yang didasari oleh akal logika yang rasional rasanya tidak akan mampu ‘menyentuh’ dunia.

Sekali lagi, adalah kekuatan ukhuwah yang didasari rasa iman kepada Allah-lah yang membuat itu. Karna iman itu mengikatkan kita dalam persaudaraan yang menembus batas ruang dan waktu. Iman menyatukan kita dalam doa-doa yang selalu kita bagi pada sesama mukmin. Sebagaimana tanpa kita sadari, tiap detik berjuta lisan melafalkan doa untuk kita. Bahkan tanpa kita sadari, para nenek-nenek moyang berdoa untuk cicit-cicitnya, dan para anak cucu berdoa untuk leluhurnya. Mereka mungkin tak pernah berjumpa, terpisah oleh ruang dan waktu. Tapi, mereka bersatu dalam doa. Dalam iman. Dalam persaudaraan akbar yang melintasi kutub, gurun, pegunungan, lautan, hutan, dan zaman.

“Allahummaghfir, lil muslimiina wal muslimaat. Wal mu’miniina na wal mu’minaat…”
Ya Allah, ampunilah para mukmin lelaki dan perempuan. Ampunilah mereka yang berserah diri, yang pria maupun wanita. Yang masih hidup ataupun telah wafat mendahului kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Dekat. Duhai Dzat yang memenuhi segala hajat, ampunilah kami.

Sebuah untaian nada sederhana dari Izzatul Islam yang diambil liriknya dari sebuah doa rabithoh berikut ini sungguh akan sangat menyentuh dan mengingatkan kita kembali pada sebuah tali agama Allah, ukhuwah islamiyah.

“Sesungguhnya engkau tahu bahwa hati ini tlah berpadu berhimpun dalam naungan cintaMu. Bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan. Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya. Terangilah dengan cahaya-Mu yang tiada pernah padam, ya Rabbi bimbinglah kami.

Lapangkanlah dada kami dengan karunia iman dan indahnya tawakkal padaMu, hidupkan dengan ma’rifat-Mu, matikan kami syahid di jalan-Mu, Engkaulah Pelindung dan Pembela.”

“Dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi. Sungguh di surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta. Mari membangunnya dari sini, dalam dekapan ukhuwah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar